Kegusaran SBY atas netralitas TNI-Polri mencuat pada rapat pimpinan TNI dan rapat koordinasi Polri. Calon presiden dari Partai Demokrat ini mengungkap rumor keberpihakan TNI-Polri dengan terlibat tim sukses ABS (asal bukan capres S). Karena itu, dia minta TNI-Polri kembali ke jalurnya, berikap netral pada pesta demokrasi mendatang.
“Hati-hati dalam mengeluarkan statement dan berbicara dengan pihak-pihak tertentu. Ada petinggi di lingkungan Angkatan Darat yang memobilisasi membentuk tim sukses. Ada yang menyebut ABS, Asal Bukan Capres S,” ujar Presiden SBY, Kamis (29/1) di Istana Negara.
SBY sendiri membantah rumor itu. Menurut dia, dirinya tidak yakin jika TNI/Polri terlibat dalam tim sukses partai atau capres tertentu. "Saya yakin isu itu tidak benar. Begitulah rawannya memasuki tahun Pemilu. Saya tekankan sekali lagi, TNI dan Polri harus benar-benar netral,” tegasnya.
Sepertinya, tak ada masalah dalam pernyataan SBY. Namun, bagi pengamat militer Hermawan Sulistyo, sinyalemen tidak netralnya TNI-Polri dalam Pemilu 2009 oleh SBY ada benarnya. “Saya kira kalau isu itu tidak benar, tidak mungkin dilempar ke publik,” ujar Hermawan kepada INILAH.COM, Kamis (29/1) di Jakarta. Meski demikian, Kiki, demikian ia sering disapa, menilai netralitas TNI-Polri sampai saat ini sangat bisa dipegang.
Kiki menilai, implikasi pernyataan SBY tersebut menggambarkan dia belum yakin terhadap institusi yang ia pegang dan komunitas tempat ia dibesarkan, yaitu TNI-Polri. “SBY tidak percaya dengan apa yang ia cengkeram saat ini yaitu TNI-Polri,” tandasnya. Menurut dia, jauh lebih bijak SBY fokus pada netralitas TNI-Polri.
Tak percaya dirinya SBY, menurut Kiki, terkait hingga saat ini masih belum jelasnya perolehan suara Partai Demokrat dalam Pemilu 2009. Untuk mengusung SBY, perlu alokasi suara 20%. Kalau tidak, Demokrat harus berkoalisi. Hingga kini pun, Demokrat masih belum jelas akan berkoalisi dengan siapa.
“Selain juga Yudhoyono belum berhasil menggaet sepenuhnya kalangan purnawirawan TNI-Polri untuk mendukung dirinya,” katanya.
Beberapa purnawirawan TNI-Polri yang kini mengambil jarak kepada SBY di antaranya Wiranto, Sutiyoso, Fahrurozi, M Yasin, Suaedy Marasebesy, Djaja Suparman, Ryamizard Ryacudu, Prabowo Subianto dan lainnya. “Cara berpolitik Yudhoyono memberi prioritas musuhnya, bukan kepada kawannya,” jelas Kiki perihal para purnawariawan yang hengkang dari lingkaran SBY.
Secara terpisah, anggota Komisi I DPR Permadi menilai pernyataan SBY tentang netralitas TNI-Polri sangat normatif. Menurut dia, keluhan perihal posisi TNI/Polri saat Pemilu 2004 juga muncul karena dia belum menjadi presiden. “Namun saat ini, dirinya incumbent. Dia panglima tertinggi TNI. Polisi juga bertanggung jawab langsung pada dirinya,” terangnya.
Bagaimana dengan rumor keberpihakan TNI/Polri dalam Pemilu 2009 ini? Politisi PDIP tersebut membenarkan rumor tersebut. “Rumor itu benar, tapi di kalangan purnawairawan TNI,” tandasnya. Menurut Permadi, banyak purnawairawan TNI yang kecewa akibat kebijakan pemerintahan Yudhoyono.
Permadi menyebutkan soal keterikatan Indonesia pada Amerika, politik bebas aktif yang kian kendur, serta persoalan ekonomi yang kian melilit. “Harus diingat, tidak semua purnawirawan kaya. Banyak juga yang miskin. Ini yang tidak pernah terpikirkan oleh Yudhoyono,” tegasnya.