1. Dadang Sudrajat, ST. Wiraswasta, RT 17 RW 05 Cikamurang Terisi Indramayu
2. Erwanto, A.Md. Wartawan, Jl. Mayor Dasuki Gg.3 No. 27 Penganjang Indramayu
3. Jerry Nurcahya, SH., MH. Pensiunan, Jl. Adipati Karna 12 BTN Marga Mekar Indramayu
4. Madri, Drs. H. Komisioner KPU, Desa Penganjang Indramayu
5. Martoni Wiraswasta, Desa Terusan Sindang Indramayu
6. Moh. Hadi Ramdlan, S.Ag. Komisioner KPU, Desa Pekandangan RT 20/08 Kec.Indramayu
7. Murtiningsih Kartini, SH., MH. Komisioner KPU, Singaraja Indramayu
8. Pitrahari, S.IP Reporter, Desa Plumbon RT 12 RW 05 No. 62 Indramayu
9. Sucipto, Ir. Wiraswasta, Des Lohbener Lor RT/RW 05/02 Jatibarang Indramayu
10. Syayidin, Seniman Jl. Kapten Arya Gg. 26 No. 13 Karangmalang Indramayu.
Sayangnya Panitia seleksi calon komisioner KPUD Indramayu tidak mengumumkan alasan-alasan mengapa 10 nama tersebut bisa lolos sementara 43 nama lain yang merupakan calon komisoner yang ikut mendaftar, tidak lolos.
Dewi Nurmalasari, salah satu calon yang tidak lolos seleksi mengatakan bahwa lolos atau tidak lolosnya seseorang dalam suatu proses seleksi adalah perkara yang lumrah.
"Kalau yang dibutuhkan hanya 5 orang sementara yang mendaftar adalah 53 orang maka yang 48 orang lainnya tentu harus dikeluarkan melalui suatu seleksi yang ketat. Akan tetapi dalam proses seleksi calon komisioner anggota KPUD Indramayu yang saya jalani sekarang ini tak ditemukan alasan dan rujukan yang bisa dicek oleh publik tentang mengapa seseorang lolos seleksi dan lainnya tidak," kata Dewi dengan nada datar.
Sementara itu Adi Kusyandi, SH, MH, calon lain yang tak lolos seleksi sangat menyesalkan ketidaktransparanan Pansel.
"Mestinya Pansel bisa berlaku sportif dan bisa menjaga jarak dengan semua calon komisioner yang mendaftar. Tapi aneh juga bila salah satu calon perempuan yang masuk 20 besar berada di rumah ketua Pansel dan melakukan pembicaraan sampai malam," Ujar Adi, melalui seluler.
Dihubungi secara terpisah, Umar S. Radic, Pengamat Politik, menduga bahwa tak adanya transparansi dalam proses seleksi calon komisioner KPUD Indramayu bersumber dari minimnya rasa tanggung jawab kepemimpinan ketua Pansel, Dr. Ujang Suratno.
"Kultur kepemimpinan di Indonesia kan bercorak patron dan baronistik. Jika pemimpin atau seorang ketua mengatakan ya maka, anggota lainnya pun akan bilang ya, meski tentu saja akan selalu ada yang gerendeng. Nah, dalam konteks Pansel, terkait dengan transparansi proses seleksi, kelihatannya ketua Pansel nggak bilang ya dan nggak bilang tidak. Makanya ada kemungkinan 4 anggota lainnya jadi keder mensikapi soal transparansi ini," pungkas Umar