Hal itu diungkapkan menyikapi turunya ribuan massa dari Asosiasi Kuwu Seluruh Indramayu (AKSI) pada Rabu (4/9) lalu menyikapi soal pembakaran satu buah eskavator (beko) dalam rangka pembangunan Waduk Bubur Gadung di Loyang Cikedung Indramayu.
Menurut Dody, pengerahan massa oleh para kuwu tersebut hanya akan menimbulkan adu domba dan konflik horizontal antar rakyat.
"Masalah seperti itu jangan dibesar-besarkan. Turunnya para kuwu itu hanya berbau politis untuk pengkondisian 2014," ujar Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Pelajar dan Mahasiswa Indramayu (IKAPMI) Yogyakarta, Doddy Saiful Islam SH, Minggu (8/9/13).
Ia yakin jika pengkondisian kuwu itu didalangi oleh partai penguasa hari ini di Indramayu.
"Iya siapa lagi kalau bukan dari partai penguasa hari ini, Golkar," tegas keponakan dari mantan bupati Indramayu Irianto MS Syafiuddin alias Yance ini.
Oleh karena itu ia juga menilai bahwa pengerahan massa bukan hanya murni menuntut penegakan hukum tetapi juga ada kepentingan lain, yakni selain ingin menghancurkan serikat petani juga ada kepentingan politis yakni sebagai ajang unjuk kekuatan massa.
"Itu sengaja dikerahkan untuk show of force (unjuk kekuatan massa), seolah-olah, niiih lihatlah Golkar di Indramayu masih besar!," tegasnya.
Padahal, lanjutnya, kasus insiden petani kemarin hanyalah masalah pembakaran beko semata, sehingga hal itu merupakan ranahnya penegak hukum untuk menyelesaikan.
"Pembakaran beko itu ranahnya hukum, sudah jelas ada sangsinya. Jangan diadu domba antar masyarakat, kasihan dong, itu masalah sepele,"
Ia juga memaparkan, penilain semacam itu berawal dari analisis adanya beberapa lembaga atau organisasi yang mendukung penangkapan aktivis petani, misalnya PP (Pemuda Pancasila), para guru dan PNS, para kuwu, dan lain-lain.
"Itu jelas indikasinya ke sana (politisasi -red), Polres (Indramayu) harus cerdas melihat ini," pungkasnya.