Biro Organisasi STI, Danang mengungkapkan, kondisi para petani sedang dilanda ketakutan, lalu lalang aparat dan tekanan intimidasi terus dilakukan di basis-basis tani. Ia menilai upaya pemberangusan serikat tani (union busting) di Indramayu makin jelas terlihat.
"Meski sebagian petani pada takut akibat aksi intimidasi dari aparat dan pemerintah, tapi Kami dari Serikat Tani Indramayu tetap masih ada dan masih bersatu," ujar Danang.
Ia memaparkan, Insiden pada 25 Agustus 2013 yang melukai lebih dari 25 petani dan pembakaran satu eskavator (beko) berujung pada kriminalisasi aktivis STI, hal itu dinilai sebagai bentuk ketidakberpihakan aparat dan ketidakadilan polisi dalam melihat peristiwa, pasalnya hingga kini tak ada satu pun oknum dari pihak pemerintah atau orang yang diduga preman bayaran diproses di kepolisian.
Diketahui, hingga kini akibat insiden tersebut, baru enam orang termasuk Sekjen STI yang masih ditahan di Polres Indramayu. Belum ada perkembangan.
"Ini jelas kriminalisasi, tapi tak satu pun oknum preman ditangkap, padahal jelas mereka lah pemicu keributan waktu itu. Namun justru kami dituding dan dianggap sebagai dalang adanya aksi anarkisme," paparnya.
Aksi hari ini, Selasa 24 September 2013 semula dijadwalkan pukul 09.00 WIB diundur pada pukul 13.00 WIB, massa aksi berkumpul di Islamic Center terus menuju kantor Perum Perhutani Indramayu dan Mapolres Indramayu. Massa aksi kurang lebih seribu orang.
Sedangkan tuntutannya adalah sebagai berikut: