Hal itu disampaikan dalam Diskusi Publik yang digelar oleh Kampus AMIK Indramayu dengan tema
"Revitalisasi Kaum Intelektual Menuju Perubahan Indramayu"
Sebagai pembicara: Direktur AMIK, Hadi Santosa; dan pegiat demokrasi, O'ushj Dialambaqa, di aula Kampus AMIK, Indramayu, Sabtu (26/10/13).Dihadiri oleh perwakilan dari berbagai sektor seperti, KPU, Mahasiswa, LSM, Ormas, Politisi, Dosen, dan elemen lainnya. Namun unsur pemerintah tak hadir dalam diskusi tersebut.
"Ada gerakan yang hilang di Indramayu, yakni kaum intelektual. Kaum intelektual bukan hanya orang-orang yang mempunyai titel di perguruan tinggi tapi juga punya pemikiran intelektual yang mengusung perubahan, meski bukan sarjana," ujar Hadi Santosa.
Menurutnya, situasi yang dinilai sudah sangat parah di Indramayu ini, sepatutnya menjadi tanggungjawab para kaum intelektual untuk bergerak."Gerakan Intelektual ini yang harus dihidupkan karena di indramayu bisa dikatakan sedang mati suri," tegas mantan Timsel KPU itu.
Menurut pegiat demokrasi dan Ketua LSM PKSPD, O'ushj Dialambaqa alias Mas Oo menegaskan, orang-orang yang berada pada instansi publik dan pemerintahan merupakan para kaum intelektual, sehingga sangat dipertanyakan peran dan fungsi mereka untuk perubahan di Indramayu."Kaum intelektual di pemerintahan itu penghianat, karena tidak memberi perubahan. Juga di kampus-kampus, instrumen politik seperti KPU dan lain-lain, mereka seharusnya adalah kaum intelektual," jelas Oo.
Sementara menurut Anggota Komisioner Anggota Komisioner KPU Indramayu 2013-2018, Madri, mengiyakan adanya keterpurukan di Indramayu, sehingga menurutnya perubahan merupakan hal yang wajib seperti yang diajarkan oleh Islam."Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Apakah di indramayu ada perubahan?, itu silahkan dinilai sendiri." Katanya yang juga aktif di LSM Siklus.
Sedangkan dari pihak pendidik, Dosen Kampus Unwir fakultas Hukum, Jery Nurcahya memaparkan, bahwa rendahnya IPM Indramayu menjadi bukti keterpurukan kaum intelektual."Sebetulnya kita itu malu, rangkingnya ke-24 IPM-nya (rangking terakhir di Jawa Barat, -red). Kita harus betul-betul dorong harus maju. Apa yang kurang di Indramayu, semuanya ada," jelasnya.
Jery menilai, hancurnya IPM Indramayu akibat moral birokrasi yang tidak lagi berpihak pada kepentingan rakyat, tetapi hanya untuk kepentingan sendiri dan golongannya."Etika dulu lah (yang harus diubah -red), termasuk etika birokrasi, etika lain-lainnya. Disana sumbernya. Kita harus membangun etika. Bisa tidak kita mengubah etika," tanyanya.
Semua peserta sepakat, yang dimaksud kaum intelektual atau dikatakan kelas menengah adalah para akademisi, mahasiswa, pegiat demokrasi dan LSM, aktivis, pemerintah, pendidik, dan lain-lain yang masuk dalam institusi publik, serta lembaga yang berorientasi untuk masyarakat.