Cuplik.Com - Angka partisipasi politik yang diwujudkan dalam pemilihan umum semakin rendah. Jumlah pemilih terdaftar yang tidak memilih semakin meningkat sejak Pemilihan Umum 1999. Fenomena yang lazim disebut golongan putih alias golput ini mencapai 29 persen dari 171 juta pemilih terdaftar pada Pemilu 2009.
Menanggapi hal ini, aktivis yang juga politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Indramayu,
Afif Rahman menyampaikan pandangannya dalam sebuah anjangsana ke kantor
Cuplik.com pada Senin (28/10) pagi. Ia memandang bahwa fenomena golput tersebut sebagai realitas sosial.
"Mengutip Don Tapscott, dalam bukunya
Grown Up Digital, kita punya tiga generasi. Generasi X, generasi Y dan generasi Z," ungkap ketua Front Pemuda Dermayu yang juga pengabdi hukum ini.
Pembagian ketiga generasi ini didasarkan atas tahun kelahiran, ungkap Afif. Dari beberapa sumber memang berbeda-beda, tapi pada intinya tahun 2014 adalah pergiliran generasi Z untuk memilih generasi Y yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Setelah sebelumnya, generasi Y ini memilih calon-calon pemimpin dari generasi X.
"Sifat generasi Z ini banyak didasarkan atas perkembangan teknologi yang cepat, instan dan tanpa batas yang saat ini terjadi. Sifat generasi ini cepat dalam merujuk arus informasi, referensi, dan oleh karena itu sikapnya lugas, instan dan seringkali meledak-ledak," ungkapnya.
Afif menambahkan jika fenomena-fenomena sosial belakangan ini menjadi saksi bahwa generasi Z merupakan penguasa dunia digital. Gerakan koin untuk Prita misalnya, atau gerakan '
Jogja Ora Didol' yang menguar protes terhadap Walikota Jogjakarta Haryadi Suyudi, merupakan beberapa bentuk gerakan di dunia digital yang digerakkan salah satunya oleh generasi Z.
Generasi X dan Y mungkin sudah jengah pada perilaku politik orang-orang yang pernah dipilihnya. Sehingga, ungkap Afif, orang-orang semacam ini lebih pragmatis. Siapapun yang membawa imbal balik secara langsung, baik dalam bentuk sembako maupun uang, akan dipilih. Bahkan seringkali mereka pun meminta secara terang-terangan. Ini realitas sosial yang sedang terjadi dan tak bisa dipungkiri. Mau tidak mau, inilah warisan kesalahan dari generasi pendahulu yang harus diperbaiki.
"Saatnya kita merawat generasi Z," tegas Afif.
Caranya, tambah Afif, sebagai generasi Y, generasi X, atau bahkan generasi yang lahir sebelumnya, yang disebut Tapscott sebagai
The Baby Boom, mesti memberikan contoh sikap dan partisipasi politik yang baik. Misalnya, mereka yang sudah menjadi anggota dewan mesti menunjukkan kinerja yang baik. Jika sebagai pemilih, maka menolak suap politik harus menjadi sebuah gerakan.
"Jangan sampai generasi selanjutnya, yakni generasi post-millenia atau generasi Alpha, yang disebut juga Gen-A, mewarisi sikap culas oknum-oknum tertentu dalam berpolitik," pungkas calon anggota legislatif dari PKS Indramayu di daerah pemilihan 3 ini.