Pria itu adalah Samsudin Surya (45 tahun), guru honorer SDN Krasak III Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Ia dengan berkostum "Manusia Kardus" seorang diri berorasi lantang membeberkan masalah Pendidikan di Indramayu khususnya dan secara umum di Indonesia.
"Sekarang saya lagi siap siap untuk berorasi ditiga titik dibantu kawan dari aktivis HMI dan Buruh Jakarta," katanya ketika dihubungi wartawan, Kamis (28/11/13).
Ia mengaku aksi jalan kaki itu dimulai sejak 11 November 2013 kemarin.
Samsudin Surya, yang biasa dipanggil SS ini, mengaku melakukan ini karena merasa sudah kesal atas situasi pendidikan yang tidak mendidik. Pasalnya ia sendiri mengalami langsung dari perjalan hidupnya sebagai tenaga honorer di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Indramayu.
Menurutnya, selama bertahun-tahun banyak persoalan yang tak kunjung ada perubahan di sektor pendidikan khususnya di Indramayu.
Ia menilai, perhatian di sektor pendidikan dari Pemkab Indramayu, baik terhadap para honorer atau pun para siswanya, sangat jauh dari substansi kemajuan. Hal itu dibuktikan dengan IPM Indramayu berada di urutan terbawah di Jawa Barat.
Oleh karenanya, ia menyimpulkan bahwa dunia pendidikan Indramayu hanya menghasilkan manusia-manusia kardus yang hanya berorientasi pada bentuknya saja dan mengabaikan isinya, hal itu tidak lain akibat sektor pendidikan dijalankan untuk menyokong kepentingan politik partai dominan di Indramayu.
"Aksi ini saya lakukan semata-mata agar dunia pendidikan Indramayu dibersihkan dari anasir-anasir politik kepentingan yang dapat menyeret guru dan murid ke dalam ketidakpastian proses belajar-mengajar," tegasnya.
SS menambahkan, dirinya dengan berkostum "Manusia Kardus" sebagai simbol untuk menyuarakan kondisi pendidikan Indramayu bak ubahnya analogi kardus. Ia juga memaparkan kondisi pemerintahan SBY-Boediono sama seperti "kardus", pasalnya hanya menghasilkan pejabat daerah yang tidak kompten karena hanya mementingkan kekuasaannya tanpa mengedepankan kepentingan rakyat.
"Terbukti APBD Indramayu lebih dari 2 triliun tetapi PAD yang didapat belum mencapai 200 milyar, anggaran pengeluaran dan belanja rutin lebih besar dibandingkan anggaran belanja langsung atau belanja bangunan," paparnya.
Ia juga menilai, adanya politisasi yang tidak mendidik dengan konsep pemerintahan yang bersih dan berwibawa maka itulah yang kemudian kondisi pemerintahan Indramayu saat ini sama dengan kardus.
Oleh karenanya, Ia berharap langkah yang dilakukan dengan jalan kaki dari Indramayu ke Jakarta semata-mata untuk mengingatkan dan membuka hati para pejabat di sektor pendidikan.
"Ini bukan berarti mengesampingkan kewajiban terhadap keluarga, tetapi sebuah konsekwensi serius lillah, segala sesuatunya dikembalikan kepada sang khalik sang punya kekuasaan," tandasnya.