"Kapolres Indramayu akan dipanggil ke DPRD di komisi A terkait kericuhan aksi nelayan kemarin. Waktunya belum tau, masih dikoordinasikan," ujar Wakil Ketua DPRD Indramayu, Kuswanto kemarin (24/2/14).
Insiden itu terjadi saat unjuk rasa Front Nelayan Bersatu (FNB) pada Senin 17 Februari 2014 kemarin, bentrok terjadi hingga memakan korban dari kedua pihak, 26 orang terluka dari pihak nelayan dan 3 terluka dari pihak kepolisian. Polisi sempat menahan 13 pengunjuk rasa selama 24 jam di Mapolres Indramayu dan 2 aktivis jadi tersangka.
Menurut Kuswanto dua tersangka dari 13 aktivis nelayan itu sepatutnya tidak dilanjutkan, pasalnya kejadian tersebut jelas bukan dari pihak nelayan sebagai pemicu keributan.
"Kami akan perjuangkan bagaimana caranya ini tidak dilanjutkan," tegasnya.
Selain itu, Kuswanto juga meyakini, insiden kemarin ada kelompok lain yang berhasil memprovokasi demi tujuan tertentu agar pihak pengunjuk rasa seolah-olah bertindak anarkhis.
"Saya punya keyakinan keributan dipicu bukan dari kelompok nelayan, menurut informasi ada kelompok yang punya kepentingan di situ," ungkapnya.
"Yang jelas kejadian kemarin kami berpihak pada masyarakat (nelayan -red)," imbuh Kuswanto.
Hal itu dikatakan ketika perwakilan dari FNB mendatangi kantor DPRD Indramayu untuk melakukan audiensi.
Menurut ketua FNB, Ono Surono ST, pihaknya mendatangi DPRD ingin mengadukan beberapa persoalan nelayan dan sebagian petani Indramayu.
"Selain soal aksi kemarin, banyak juga permasalahan lain yang perlu disampaiakan," jelasnya.
Terkait aksi kemarin, Ono memaparkan, pihaknya saat ini merasa bersyukur, karena perjuangannya tidak sia-sia, tuntutannya saat ini sudah dipenuhi oleh pemerintah pusat.
"Alhamdulillah, sekarang para nelayan sudah bisa mengisi BBM kembali," tandas Ono.
Audiensi diterima oleh Wakil Ketua DPRD Indramayu, Kuswanto di Ruang Komisi B. Pihak FNB menghadirkan Ketua Umum FNB Ono Surono ST; ketua SNT (Serikat Nelayan Tradisional) Kajidin; Ketua Serikat Tani dan Nelayan (SETAN); dan beberapa perwakilan dari ABK dan Petani.