Sebuah penelitian di Australia, seperti dilansir AP, mengumumkan ‘kebohongan' produsen sepatu olahraga itu, Senin (16/3). Penelitian itu menyebutkan, tak satupun bukti ilmiah yang mereka temukan untuk mendukung klaim tersebut.
Fisiolog Newcastle University Craig Richards yang memimpin tim penelitian, menyebut ‘mitos' itu telah ada sejak 1970-an. "Mitos sepatu lari modern itu telah ada dalam industri sejak lama. Akibatnya banyak yang jatuh hati pada sepatu-sepatu itu," katanya.
Namun, Richards menyatakan, banyak yang tidak memercayai hasil studi itu. Sehingga ia dan timnya harus pontang-panting dari satu perpustakaan ke perpustakaan lainnya. Ia juga harus keluar masuk ruang arsip rumah sakit untuk mencari seluruh literatur kesehatan dan kedokteran di bidang olahraga yang bisa ditemuinya sejak 1950.
Tim itu berusaha mencari bukti adanya percobaan terkendali yang mengukur apakah sepatu lari modern berteknologi tinggi mengurangi peluang cedera. Juga, apakah sepatu itu dapat memperbaiki performa dan menekan risiko osteoarthritis di masa tua si atlet. Hasilnya? "Kami tak menemukan apa-apa," aku Richards.
Richards mendasarkan kesimpulannya pada sepatu yang menjadi subyek pengujian biomekanis yang ekstensif. Benda tersebut memiliki fitur khusus di bagian tumit yang bisa menyerap dampak hentakan kaki, melindungi otot tendon Achilles, dan membantu kontrol gerak kaki.
Namun, dalam studi yang dilansir British Journal of Sports Medicine itu, ia mengaku tidak pernah menguji di lingkungan yang sebenarnya. Sehingga, belum bisa disimpulkan apakah sepasang sepatu, misalnya, bisa mengubah peluang cedera.