Cuplik.Com - Indramayu - Para tokoh dan aktivis mahasiswa asal Indramayu yang sedang dan pernah studi di Yogyakarta bersepakat untuk melakukan perubahan Indramayu ke depan yang lebih baik. Pasalnya selama ini pembangunan Indramayu dinilai tidak optimal, bahkan cenderung membodohi rakyat Indramayu.
Ketua IKAPMI Yogyakarta, Doddy Saiful Islam mengatakan pihaknya memang hadir dari awal tak lebih untuk bersama membangun indramayu tentu sangat menseriusi kondisi Indramayu sampai saat ini dimana sangat jelas bahwa tak ada kemajuan semenjak 15 tahun ke belakang.
“Ini jelas perlu disikapi dengan betul jangan sampai dibiarkan bahkan malah terus diperpanjang hingga akhirnya tetap menyengsarakan masyarakat Indramayu sendiri,” ujar Dody di sela-sela sarasehan HBH yang digelar oleh Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Indramayu (KAPMI) D.I. Yogyakarta dan Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Indramayu (IKAPMI) Jogja, di hotel Wiwi Perkasa 2, Minggu (10/8/14).
Ia memamaprkan berbagai masalah pembangunan Indramayu yang menurutnya sangat jauh dari keberhasilan di semua sektor. Dari berbagai data yang diperoleh baik secara langsung dapat dari Wakil Bupati hingga juga berbagai laporan lainnya dari BPS serta Bappeda harus benar-benar diseriusi.
“Kita akan meminta mereka (para alumni mahasiswa,red) untuk benar-benar peduli dengan kondisi Indramayu dan duduk bersama untuk merumuskan sebuah perubahan,” jelasnya.
Oleh karena itu, menjelang pergantian pemimpin Indramayu di 2015, ia menghimbau kepada masyarakat Indramayu agar memilih calon pemimpin yang tepat, yang benar-benar akan membawa perubahan ke depan.
“Jika penggodogan dilakukan dengan serius oleh para mahasiswa sendiri tentu bukan tak mungkin benar-benar matang untuk membangun Indramayu ke depan dimana lebih baik dari hanya konstalasi keluarga," tandasnya.
Sementara, Ketua KAPMI Yogyakarta, Agus Sofwan ikut menegaskan, dalam rangka menyongsong calon pemimpin ke depan tentu tidak terlepas dari peran mahasiswa yang menurutnya selama ini masih jauh dari kontribusinya terhadap daerah Indramayu.
"Mahasiswa mestinya agen of change (agen perubahan), dan kemarin juga saat kami menggelar Gelar Kesenian Rakyat, pemda tutup mata, baru sektor budaya saja tidak peduli, apalagi yang lainnya," tandas Agus.