Hal itu diungkapkan dalam acara Sarasehan Tokoh Masyarakat Indramayu yang diselenggarakan oleh Konvensi Rakyat Indramayu (KRI) di hotel Wiwi Perkasa 2 Indramayu, Sabtu (20/9/14).
Hadir dalam acara tersebut para petinggi partai politik dari PDIP, PKB, NasDem, PKS, Demokrat, PKPI, PBB, Tokoh senior Golkar, Praktisi hukum, Akademisi, Ormas, LSM, Organ sayap partai, Ketua NU Indramayu, Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan beberapa perwakilan yang dianggap tokoh masyarakat Indramayu. Tercatat menurut daftar hadir, sekitar 120 tokoh kumpul dalam acara tersebut.
"Para peserta Sarasehan menghendaki adanya perubahan di Indramayu pada Pilbup nanti. Mereka antusias agar pemimpin Indramayu ke depan harus diganti dan bukan lagi dari rezim dinasti," ujar ketua pelaksana Abdul Kholiq dalam jumpa persnya usai acara tersebut.
Salah satu presidium KRI, Hadi Santosa Farhan menegaskan bahwa KRI (Konvensi Rakyat Indramayu) yang merupakan tim kecil, terdiri dari perwakilan dari berbagai organisasi di Indramayu.
"Tim ini murni dari kegelisahan kawan-kawan. Saya pribadi sebenarnya tidak suka dengan politik, namun permasalahan di Indramayu yang kompleks, muaranya ada pada persoalan politik, sehingga kami terpaksa membentuk ini," jelas Hadi yang juga Direktur kampus Amik Indramayu.
Sebelumnya, saat acara sarasehan berlangsung, beberapa tokoh partai politik Seperti H Abas Assafah (Ketua DPC PKB), Sri Budihardjo (Ketua DPC Demokrat), H Nur Amin (Ketua PKPI Indramayu), Hj Naimah (Ketua DPC NasDem), Muhamad Sholihin (ketua Fraksi PKB), Agung Mardiyanto (Ketua Bapilu PKS), Ono Surono (Wakil Ketua DPD PDIP Jabar), Uryanto Hadi (NasDem), H Jahidin (politisi senior Golkar) dan tokoh parpol lainnya, mereka menghendaki pada 2015 mendatang harus adanya pergantian kepemimpinan di luar rezim dinasti saat ini, pasalnya 15 tahun pasca reformasi 1998, Indramayu hingga kini masih jauh tertinggal dibanding daerah lain di Jawa Barat.
"Selama ini Indramayu selalu dianggap maju, padahal Indramayu masih jauh tertinggal dari daerah lain di Jawa Barat. Hal ini perlu disebarkan ke masyarakat di kecamatan-kecamatan di desa-desa, agar menjadi paham," jelas Ono Surono.
Hal senada juga disampaikan beberapa tokoh masyarakat Indramayu seperti H Juhadi (Ketua NU Indramayu), Doddy Saeful Islam (Ketua IKAPMI), Raden Inu Danubaya, Dudung, Kajidin (Ketua SNT), Budi Laksana (Ketua SNI), Edi Fauzi (Direktur Intras), Umar S Radic (Direktur Pemantau Parlemen Indramayu - PARI), Iwan Hendrawan (mantan Ketua DPRD Indramayu), dan beberapa tokoh lainnya. Mereka menghendaki adanya perubahan ke depan di Indramayu, serta mengingatkan partai-partai politik agar segera membenahi diri dan bersatu di luar partai penguasa.
"Saya sangat antusias dan setuju sekali soal gagasan perubahan ini. Jelas lah Indramayu dari dulu sampai sekarang sama saja, satu-satunya jalan harus diganti pemimpinnya jangan hanya dikuasi keluarga itu saja," tegas Doddy Saeful Islam.
Acara sarasehan tersebut diawali dengan pemutaran audio visual tentang perjalanan 15 tahun Indramayu dan permasalahannya, dilanjutkan dengan komentar dari seluruh tokoh, kemudian ditutup dengan penandatanganan bersama dalam sebuah kain sebagai bentuk kesepakatan terkait harus adanya perubahan dan pergantian rezim di Indramayu pada 2015 mendatang, dilanjutkan dengan foto bersama seluruh tokoh yang ada.
Diketahui, sejak pasca reformasi, bupati Indramayu dipimpin oleh keluarga Irianto MS Syafiuddin alias Yance, dua periode berturut-turut (2000-2010) Yance berhasil memimpin, periode selanjutnya dilanjutkan oleh istrinya Anna Sophanah (2010-2015). Diberitakan sebelumnya, Daniel Muttaqien (anak dari Yance-Anna) dan Suhaeli (Ipar Yance) digadang-gadang akan dicalonkan pada Pilbup Indramayu 2015.